Diandra Alya Putri - KETERBATASAN BUKAN HALANGAN UNTUK SUKSES
KETERBATASAN BUKAN HALANGAN UNTUK SUKSES
Studi Lapangan –salah satu
kegiatan yang sangat ditunggu-tunggu oleh murid kelas 11 SMA Labschool
Kebayoran. Studi lapangan (stulap) adalah kegiatan belajar sekaligus refreshing di luar sekolah yang wajib
diikuti oleh murid-murid kelas 10, 11, dan 12 SMA Labschool Kebayoran. Di tahun
2018 ini, siswa-siswi angkatan 16 (Heksadraga) mendapat tujuan studi lapangan
ke Surabaya dan Malang pada tanggal 22-27 Januari 2018. Kebetulan saya sebelumnya
belum pernah mengunjungi kota Surabaya dan Malang, dan saya juga baru pertama
kali naik kereta, yang berarti studi lapangan ini merupakan pengalaman baru
bagi saya. Banyak kegiatan yang dilakukan saat studi lapangan, tetapi menurut
saya, mengunjungi SMA Selamat Pagi Indonesia merupakan kegiatan kunjungan yang paling
mengesankan.
Pagi itu, hari Jumat, tepatnya tanggal 26 Januari 2018, kami satu
angkatan mengunjungi SMA Selamat Pagi Indonesia yang jaraknya tidak jauh dari
hotel tempat kami menginap (Hotel Kusuma Agro Wisata). Awalnya, saya kira sekolah
itu sama seperti sekolah swasta pada umumnya, tetapi ternyata sangat berbeda
dari apa yang saya pikirkan. SPI merupakan sekolah gratis dimana seluruh biaya
hidup dan pendidikan ditanggung sepenuhnya oleh yayasan dan dilaksanakan oleh
sekolah, dengan syarat peserta didik yang diterima merupakan yatim piatu atau
tidak mampu. Sekolah ini menerima murid dari Sabang sampai Merauke yang artinya
mempunyai berbagai macam keanekaragaman budaya.
Sesampainya di SPI, saya dan teman-teman melihat bangunan yang unik dan
terlihat modern, yang awalnya kami
kira itu adalah bangunan sekolahnya. Ternyata, itu merupakan tempat penginapan
atau hotel yang digunakan untuk orang yang ingin menginap ketika mengunjungi sekolah
tersebut. Saat masuk, kami disambut oleh beberapa anak yang memakai baju adat
dari berbagai macam daerah di Indonesia. Mereka menyambut kami dengan sapaan
“Selamat Pagi!” dan dengan raut wajah mereka yang sangat gembira. Lalu kami
diantar ke suatu hall yang bernama Transformer
Center.
Saat masuk hall ini, saya melihat ada beberapa produk makanan dan
berbagai macam kerajinan tangan yang dijual, dengan kreasi yang berbeda-beda.
Setelah kami duduk dengan rapih dan tenang, kepala sekolah dari SMA Selamat
Pagi Indonesia memberikan sambutan. Ia mengatakan bahwa SMA Selamat Pagi
Indonesia ini didirikan oleh Julianto Eka Putra (44 tahun) pada tanggal 1 Juni
2007 lalu. Ia bermimpi Indonesia menjadi bangsa yang saling menghargai
perbedaan suku dan agama, lalu ia mewujudkan mimpi tersebut dengan membangun
sekolah serbagratis ini.
Kepala sekolah bercerita bahwa murid-murid dan alumni yang ada di sekolah
tersebut telah mengikuti berbagai macam proses seleksi sehingga mereka dapat
diterima di SPI. Setelah itu, kami disajikan tayangan video mengenai SMA
Selamat Pagi Indonesia. Saya sangat terharu dan sedih ketika melihat di video
tersebut ada murid-murid yang bercerita tentang kisah kehidupannya di masa
lalu. Di video tersebut juga diperlihatkan murid-murid SPI sudah keliling dunia
seperti Singapura, Hongkong, Macau, Italia, dan berbagai macam negara di Eropa
lainnya. Mereka berasal dari berbagai macam budaya di Indonesia yang tentu
mempunyai toleransi yang sangat amat kuat.
Sejak pertama kali murid-murid menginjakkan kaki di sekolah ini, mereka
sudah terbebaskan oleh biaya apapun. Semua peralatan sekolah dan peralatan boarding school sudah ditanggung oleh
pihak sekolah, seperti seragam sekolah, buku tulis, makan sehari-hari, dan
lainnya. Mereka juga mendapat uang saku perbulannya.
Saat alumni angkatan pertama sudah wisuda dan lulus, sebagian besar dari
mereka tidak tahu harus melanjutkan hidupnya seperti apa. Mereka tidak ingin
kembali ke daerah asalnya karena mereka tidak tahu harus melanjutkan bagaimana
dan menjadi apa, karena banyak juga yang sudah tidak mempunyai keluarga. Sampai
akhirnya, pihak sekolah memutuskan untuk mengizinkan mereka untuk tetap tinggal
di sekolah tersebut. Para alumni diajarkan dan dibekali pelajaran mengenai entrepreneurship. Hingga akhirnya mereka
mampu membuat produk pertamanya, Choco Banana Chips, yaitu kripik pisang yang
kering dan dibaluri oleh coklat meleleh. Sampai saat ini, banyak sekali
usaha-usaha yang ada di SPI, antara lain seperti peternakan binatang (kelinci,
burung, kambing), pertanian, perikanan, restoran, air isi ulang, pemasaran, merchandise (menjual souvenir dan
oleh-oleh), outbound, tempat penginapan, dan berbagai macam produk cemilan atau
makanan minuman lainnya.
Mereka juga diberi pendidikan mengenai pentas seni teater untuk belajar
mengorganisasi dan mengembangkan kreativitasnya. Kami juga menonton
pertunjukkan mereka yang sangat bagus sehingga membuat para penontonnya terharu
dan sadar bahwa kita harus saling menghargai dan mencintai negara kita.
Pertujukkan yang saat itu kami tonton ternyata pernah mereka tampilkan di
Istora Senayan sebagai penghibur acara nasional.
SPI menerapkan kriteria sekolah sesuai dengan tujuan dibangunnya sekolah
ini. Penilaian siswanya disingkat dengan akronim ‘PAKSA’, yang berarti Pray, Attitude, Knowledge, Skill, Action.
Sangat sedih rasanya berpisah dengan murid-murid SPI yang membuat kami
kagum dan terkesan. Sekolah ini memberikan saya banyak sekali pengalaman dan membuka
wawasan saya, saya juga dapat banyak pelajaran bahwa saya harus lebih bersyukur
dengan apa yang sudah saya miliki, saling menghargai tanpa melihat perbedaan
kepercayaan dan kebudayaan, dan saya harus lebih bekerja keras agar saya bisa
sukses. Mereka yang pada awalnya berada dalam kehidupan yang bisa disebut
kurang mampu saja bisa menjadi sukses karena mereka selalu yakin dan berusaha.
Sekolah ini juga sebaiknya dijadikan contoh bagi pendidikan di Indonesia kedepannya,
semoga pendidikan di Indonesia ini kedepannya semakin maju dan seluruh warga
Indonesia mendapatkan kesempatan yang sama untuk mendapatkan pendidikan yang
layak. Saya sangat bersyukur telah mengenal suatu tempat bernama Sekolah
Selamat Pagi Indonesia, yang merupakan salah satu pengalaman berharga yang
tidak akan saya lupakan selamanya.
Artikel ini sangat bagus dan menambah wawasan saya tentang pendidikan di Indonesia, terima kasih! -Zaina Thara, SMAN 6 JAKARTA
BalasHapus