Brian Ramadhan Pramasudi - Menelusuri Bromo
Pada hari Senin, 22 Januari 2018, siswa-siswi SMA
Labschool Kebayoran angkatan Heksadraga melakukan studi lapangan di dua kota,
yaitu Surabaya dan Malang. Kami ke banyak tempat di sana, seperti SMA Selamat
Pagi, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Sepuluh November, dan
lain-lain. Namun ada satu hal yang cukup membuat saya semangat adalah karena
kami akan ke Gunung Bromo beramai-ramai satu angkatan menggunakan elf dan jeep.
Pada malam Kamis, 24 Januari 2018, kami beristirahat untuk bersiap-siap ke
Gunung Bromo, namun kami hanya diberi waktu istirahat sekitar 5 jam karena pada tepat pukul 00.00 semua murid harus sudah berada di elf (bus travel). Saya
kurang memanfaatkan waktu istirahat yang diberikan dan saya malah menghabiskan
waktu istirahat saya untuk berbincang dengan teman-teman saya di kamar. Tak
terasa tiba-tiba waktu menunjukkan pukul 23.00. Saya langsung mengecek
barang-barang yang harus dibawa untuk perjalanan nantinya. Saya berangkat hanya
memakai kaus dalam, hoodie, masker, jeans, kaos kaki dan sepatu. Saat saya sampai
di elf, saya diberikan box makanan berisi telur rebus, roti, selai, keju, pisang,
dan air mineral. Saya tidak napsu makan karena memang saya ketika sedang dalam
perjalanan jarang sekali sambil makan. Namun, saya menyesal karena seharusnya
makanan itu saya makan agar tidak terlalu kedinginan di Bromo.
Di tengah perjalanan, awalnya kami asik
berbincang-bincang dengan satu sama lain, namun setelah lampu di dalam mobil
dipadamkan, kami semua mulai mengantuk. Saya melihat pemandangan kota Batu yang
sangat indah pada malam hari. Keadaan malam yang sangat jarang saya temui di
Jakarta. Saya sangat menikmati malam itu sebelum saya terlelap. Tiga jam
berlalu, saya terbangun karena jalan yang rusak dan ternyata kami sudah mau
sampai di tempat transit. Di tempat transit tersebut, kami berpindah dari elf
ke jeep. Saat saya turun dari elf menuju jeep, saya sangat kedinginan karena
saya lupa bawa sarung tangan dan saya harus berjalan mencari jeep kelompok saya
sambil diterpa gerimis. Saat saya sudah menemukan jeep kelompok saya, langsung
memasukkan kedua tangan saya ke dalam saku karena saya sudah merasa mulai kedinginan.
Saat kami sudah mau tiba di tangga Gunung Bromo, banyak jeep sedang parkir dan
kami harus berjalan kaki karena medan yang licin sehingga menyulitkan setiap
kendaraan dan membuat ban jeep licin.
Saat kami berjalan menuju tangga, kami melewati banyak
warung-warung yang menjual makanan dan minuman yang banyak turis gunakan untuk
berteduh. Saya pun meneduh sebentar karena hoodie saya sempat terkena mobil
jeep yang sudah terkena lumpur. Tidak mau mengambil resiko lebih lanjut, saya
membeli sarung tangan dan jas hujan dari orang yang berjualan di sepanjang
jalan. Mereka selalu menawarkan topi, jas hujan, sarung tangan dan perlengkapan
lainnya ketika kami bergerak sepanjang jalan. Sebenarnya saya membawa payung,
namun setelah saya gunakan, lebih baik menggunakan jas hujan agar baju juga
tidak kotor. Setelah saya sudah memakai jas hujan, saya langsung menuju ke
tangga berdua dengan teman saya. Saat saya menaiki tangga, saya baru sadar
cuaca sedang tidak bersahabat sehingga pemandangan sunrise yang kami
tunggu-tunggu tidak dapat kami saksikan karena terhalang kabut. Saya mau
berfoto-foto di sana, namun sangat sulit karena terhalang kabut sehingga saya
tidak berpikiran untuk foto-foto. Di tangga tersebut juga biasanya ada banyak
orang yang menjual tanaman-tanaman untuk dibawa pulang seperti Edelweis yang
berbentuk seperti boneka beruang, bunga, dan lain-lain.
Sedikit kecewa karena tidak dapat melihat sunrise, kami
berpindah tempat menuju kawah Gunung Bromo. Kekecewaan saya mulai terobati
ketika saya melihat pemandangan yang sangat indah di sekitar daerah tersebut.
Disana ada banyak kuda disewakan untuk pulang pergi ke kawah, namun tarifnya
sekitar Rp200.000 membuat saya tidak jadi menaiki kuda karena saya sedang tidak
membawa uang sebesar itu. Seingat saya, tarif yang diberikan kepada turis lokal
dan asing berbeda. Di tempat tersebut, angin bertiup sangat kencang dan kami
harus berhati-hati karena banyak kuda buang air kecil dan membuang kotorannya.
Sebelum kami menuju destinasi selanjutnya, kami melakukan wawancara dengan
pemilik kuda tentang pekerjaannya untuk memenuhi salah satu tugas selama studi lapangan.
Destinasi berikutnya yang kami tuju adalah bukit
Teletubbies. Selama di perjalanan, kami merasakan betapa terjalnya jalur yang dilalui.
Tubuh saya hampir terpelanting karena jalur yang terjal. Namun, ketika saya
sudah sampai di sana, saya tidak menyesal tubuh saya terpelanting karena saya
diberikan pemandangan sabana yang sangat luas dan sejuk seperti di luar negeri.
Angin bertiup kencang membuat saya nyaman untuk berlama-lama di sana. Warna
kuning dan hijau mendominasi menghilangkan rasa penat yang saya rasakan. Melihat
pemandangan sabana yang dilewati jeep-jeep yang terlihat kecil memanjakan mata.
Di sana juga mudah mencari makanan dan minuman karena banyak pedagang yang
menjualnya dan tersedia toilet yang cukup bersih.
Setelah cukup kami menikmati bukit tersebut, kami
menuju ke destinasi terakhir yang saya kami kunjungi di sekitar Taman Nasional Bromo, yaitu Pasir
Berbisik. Saya kira, pasir ini dapat mengeluarkan suara seperti bisikan. Tetapi,
supir jeep yang saya tumpangi memberi tahu bahwa tempat itu diberikan nama
seperti itu karena dulu pernah ada film yang dibintangi oleh aktris ternama Dian
Sastrowardoyo berjudul “Pasir Berbisik” di lokasi tersebut. Saya sedikit
menyesal tidak mengambil banyak foto di sana, karena pemandangannya sangat
bagus dan pernah dijadikan lokasi film, namun saya terlalu menikmati
pemandangan dan suasana sehingga hanya sedikit foto yang saya ambil.
Setelah mengunjungi empat destinasi
tersebut, waktunya kami untuk kembali ke penginapan. Empat lokasi ini menjadi daya tarik para turis dan para fotografer handal untuk datang dan
memberikan keuntungan terhadap masyarakat lokal juga. Kita dapat menikmati
keindahan alam di dalam negeri kita sendiri dengan mudah dan Bromo membuat saya
ingin mengunjunginya kembali.
Di Bukit Teletubbies
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapussebuah perjalanan yang sangat menarik, membuat saya ingin merasakan kembali menghirup udara segar di tengah indahnya pemandangan Bromo - M. Raditya A. Tanjung, SMAI Al Azhar 1
BalasHapus