Marsha Zharvania A. - Warna-warni Bumi Tengger


Salah satu hal yang sangat berkesan selama perjalanan saya di program Studi Lapangan adalah ketika saya mengunjungi Gunung Bromo. Saat itu adalah pertama kalinya saya mengunjungi Gunung Bromo sehingga saya sangat penasaran akan pemandangan Gunung Bromo. Pada pukul 12 malam, saya dan teman-teman dibangunkan untuk bersiap-siap pergi ke Gunung Bromo menggunakan elf setelah sebelumnya kami beristirahat di hotel Kusuma Agrowisata. Kami memang sengaja melakukan perjalanan malam karena ingin melihat pemandangan sunrise di puncak Gunung Bromo. Perjalanan menuju Gunung Bromo sendiri cukup jauh dari kota Batu sehingga membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam. Selama perjalanan itu, kami dianjurkan untuk tidur dan menyiapkan tenaga agar dapat beraktivitas nanti. Sekitar pukul 3, kami pun sampai di tepi Gunung Bromo namun perjalanan belum selesai. Kami harus menaiki jeep untuk dapat sampai ke Gunung Bromo. Perjalanan menggunakan jeep sendiri memakan waktu 15-20 menit. Sesampainya di sana, kami masih harus berjalan lagi untuk menaiki tangga dan melihat puncak Gunung Bromo. Pagi itu, Gunung Bromo diguyur hujan ringan sehingga kami harus menggunakan jas hujan. Belum ditambah angina yang cukup kencang, membuat suhu pagi itu sangat dingin bahkan saya sampai menggigil.
Tetapi hujan tersebut tidak menghalangi niat saya untuk pergi ke atas dan melihat puncak Bromo. Untuk ke atas sendiri harus menaiki tangga yang cukup banyak. Saya bersama Disya pun ke atas. Sesampainya di atas, cuaca bertambah dingin belum lagi lantai yang licin karena basah hujan. Tujuan kami ke atas tidak lain adalah ingin melihat sunrise dari puncak Bromo. Namun, apadaya ketika harapan tak sesuai ekspektasi. Pagi itu, tidak ada pemandangan matahari terbit karena cuaca yang mendung. Alhasil, kami hanya berfoto-foto berlatarbelakangkan awan-awan kelabu. Waktu kami di puncak gunung pun sudah habis lalu kami turun dan menyempatkan diri untuk membeli minuman hangat. Setelah itu, saya dan Disya berpisah dan mulai masuk ke jeep masing-masing untuk lanjut ke destinasi berikutnya yaitu kawah. Selama perjalanan dari gunung menuju ke kawah, saya sempat tertidur akibat kehujanan tadi. Jeep saya adalah salah satu jeep yang terakhir sampai di kawah karena sebelumnya saya sempat nyasar dan mencari-cari jeep. Angin di  kawah adalah angina terkencang yang saya rasakan dalam rangkaian tur di Bromo ini. Bahkan jaket dua lapis saya tidak mampu menghalangi masuknya angina. Oleh karena dingin, saya pun kurang menikmati kegiatan di kawah. Saya juga tidak menaiki kuda karena menurut saya harganya cukup mahal dan tidak worth it. Saya dan teman saya, Ais juga tidak berniat pergi ke tengah-tengah dan melihat kawah karena dingin dan kencangnya angin. Jadi, kami hanya berfoto-foto sekitaran jeep dan pinggiran saja. Tak terasa, waktu pun berjalan dan kami dipanggil untuk lanjut kembali.
Berikutnya, kami pun menuju Bukit Teletubbies. Destinasi ini merupakan yang saya tunggu-tunggu dari rangkaian tur Bromo karena menurut saya pemandangan bukit hijau dan rumput-rumput sangat indah. Perjalanan dari kawah menuju Bukit Teletubbies sebenarnya tidak lama, tetapi jalanannya sangat berlumpur dan kadang berguncang-guncang. Sesampainya di Bukit Teletubbies, saya dan teman-teman seperti Ais, Malika dan Savia mulai berfoto-foto. Kami pun juga berfoto sambil tiduran di rumpu-rumput bukit. Menurut saya, angina di bukit ini cukup kencang namun tidak sekencang di kawah dan suasananya sangat nyaman. Saya sedikit menyesali mengapa waktu di Bukit Teletubbies lebih sedikit daripada di  kawah karena menurut saya pemandangan di bukit jauh lebih indah dibanding kawah. Tetapi, tidak apa karena mengunjunginya saja saya sudah senang. Destinasi terakhir di rangkaian tur Bromo ini adalah Pasir Berbisik. Selama perjalanan dari Bukit Teletubbies menuju Pasir Berbisik, saya dan teman-teman merasa sangat lapar. Di jeep sendiri memang disediakan konsumsi berupa nasi box. Tetapi, saya kurang nafsu untuk memakannya karena makanannya sudah dingin bahkan ada yang terkena hujan. Alhasil, saya hanya memakan sedikit dari sharing satu box dengan teman-teman guna mengganjal perut. Kemudian, kami pun sampai di tempat tujuan. Entah kenapa, mungkin antara capek dan lapar, saya kurang berminat untuk keluar dari jeep ketika sampai di Pasir Berbisik. Cuaca yang dingin membuat saya malas keluar dari jeep. Ternyata, beberapa teman-teman saya juga merasakan hal yang sama. Akan tetapi, kami tetap turun dan melihat Pasir Berbisik karena kapan lagi kami akan ke tempat ini lagi bersama-sama. Kami pun turun dan berfoto seadanya saja, tidak sebanyak dan seseru di Bukit Teletubbies, Cuaca di luar pun sebenarnya tidak begitu dingin sehingga saya pun membuka jaket lapisan pertama saya dan hanya menggunakan hoodie angkatan saja. Setelah itu kami pun pergi dari Pasir Berbisik dan kembali  ke tempat awal elf sampai tadi.
Selanjutnya, kami menaiki elf dan menunggu untuk berangkat ke restoran. Baju-baju dan sepatu kami yang basah lantaran terkena hujan pun mulai kering saat berada di elf, karena suhu di elf kami cukup hangat karena AC-nya mati. Kami pun melanjutkan perjalanan menuju restoran untuk makan siang. Begitu sampai, saya dan teman saya, Nibul langsung segera pergi ke toilet untuk membuang air kecil. Bayangkan, kami menahan pipis sejak dari berangkat ke Bromo dan baru merasa lega sekitar 8 jam kemudian.. Saya dan Nibul kembali ke elf untuk mengambil baju ganti dan mengganti baju saya yang basah. Rasanya lega sekali dan saya kembali merasa segar. Kami pun melanjutkan dengan makan siang. Setelah itu, kami pergi ke tempat oleh-oleh bernama Istana Brawijaya. Perjalanan menuju ke sana sangat lama. Oleh karena itu, kami menyempatkan untuk tidur. Sesampainya di sana, saya membeli oleh-oleh untuk keluarga saya seperti keripik buah, dan almond chips. Kami pun melanjutkan perjalanan dan kembali ke hotel untuk beristirahat. Itulah hal yang berkesan bagi saya walaupun perjalanan kami ke Bromo ini cukup melelahkan. Akan tetapi, kenangan yang tercipta bersama teman-teman Heksadraga selama itu tidak akan tergantikan.


 

Komentar

Postingan Populer