Savia Salsabila A. - Piano dan Proklamasi
Perjalanan Indonesia
dalam mencapai kemerdekaan sangatlah panjang. Butuh perjuangan yang panjang
untuk dapat merdeka. Berbagai peristiwa telah terjadi. Peristiwa sekitar
proklamasi dalam makalah ini menceritakan bagaimana perjuangan para tokoh
bangsa yang sangat bersemangat dalam memproklamirkan kemerdekaannya. Sehingga
mencapai sebuah kebebasan dalam Negara.
Peristiwa ini merupakan
peristiwa yang harus diingat sepanjang masa oleh rakyat Indonesia sendiri.
Dimana kita akan selalu mengenang jasa-jasa para pahlawan dalam memerdekakan negara
Indonesia. Oleh karena itu, sebagai rakyat hedaknya kita menjadikan peristiwa
ini menjadi inspirasi dalam menegakkan Indonesia yang merdeka, bersatu,
berdaulat, adil dan makmur.
Pada hari Minggu, 25
Febuari 2018 penulis mengunjungi sebuah museum yang berupa gedung putih yang
terletak di Jalan Imam Bonjol No.1,
Menteng. Penulis ingin mengunjungi museum untuk mengetahui dan mempelajari
perjalanan menuju proklamasi kemerdekaan Indonesia. Gedung ini didirkan
sekitara pada tahun 1920-an oleh arsitek Belanda bernama JFL Blakenberg. Gedung
ini bergaya arsitektur Eropa (Art Deco), dengan luas tanah 3.914 m2 dan luas
bangunan 1.138,10 m2.
Pada masa pendudukan
Jepang, gedung ini menjadi tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala
Kantor Penghubung antar Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang. Setelah
kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945, gedung ini tetap menjadi tempat kediaman
Laksamana Maeda sampai Sekutu mendarat di Indonesia pada September 1945. Saat
masa penulisan naskah proklamasi di gedung ini terdapat 4 ruangan utama, yaitu
ruang pertemuan, ruang perumusan naskah, ruang pengetikan, dan ruang pengesahan
naskah proklamasi. Setelah kekalahan Jepang gedung ini menjadi Markas Tentara
Inggris. Pemindahan status pemilikan gedung ini terjadi dalam aksi
nasionalisasi terhadap milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan
kepada Departmen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi
Jiwasraya.
Pada 1961, gedung ini
dikontrak oleh kedutaan Inggris sampai dengan 1981. Selanjutnya diterima oleh
Departmen Pendidikan dan Kebudayaan pada 29 Desember 1981. Tahun 1982, gedung
ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Pada tahun
1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto,
menginstruksikan kepada DDirektorat Permuseuman agar merealisasikan gedung
bersejarah ini menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Ketika penulis mendatangi
Museum Perumusan Naskah Proklamasi objek yang penulis pilih untuk dijelaskan
adalah piano yang terletak di depan sebelah tangga. Bagaimana sebuah piano bisa
menjadi peran dalam perumusan naskah proklamasi?
Rapat PPKI pada 16
Agustus pukul 10 pagi tidak dilaksanakan karena Soekarno dan Hatta tidak
muncul. Peserta rapat tidak tahu telah terjadi peristiwa Rengasdengklok. Para
pemuda pejuang, termasuk Chaerul Saleh, yang tergabung dalam gerakan bawah
tanah kehilangan kesabaran, dan pada dini hari tanggal mereka menculik Soekarno,
bersama Fatmawati dan Guntur yang baru berusia 9 bulan, serta Hatta. Mereka
membawanya ke Rengasdengklok yang kemudian terkenal sebagai peristiwa
Rengasdengklok. Di sini, mereka kembali meyakinkan Soekarno bahwa Jepang telah
menyerah dan para pejuang telah siap untuk melawan Jepang, apa pun risikonya.
Bung Karno, Bung Hatta,
dan Ahmad Subardjo kembali ke Jakarta dan diterima oleh Laksaman Maeda di
kediamannya sekitar pukul 22.00 sepulang dari Rengasdengklok. Semula tempat
yang dituju adalah Hotel des Indes (Duta Indonesia). Namun, tidak jadi karena
pihak hotel tidak mengizinkan kegiatan apa pun selepas pukul 22.30 WIB. Di
hotel yang terletak di Jalan Gajah Mada ini, pada pagi sebelumnya juga telah
direncanakan pertemuan anggota PPKI, tetapi pihak Jepang melarangnya.
Maeda memberitahukan
pesan “Gunseikan” (Pemerintah Militer Jepang) kepada rombongan yang pulang dari
Rengasdengklok agar menemuinya. Kemudian mereka dengan ditemani Maeda dan
Miyoshi Sunkichiro (Juru Bicara Angkatan Darat Jepang) berangkat ke “Gunseikan”
dan bertemu dengan Mayor Jenderal Nishimura Otoshi. Mayor Jenderal Nishimura
menjelaskan bahwa pihak Jepang tidak dapat membantu, karena telah ada
kesepakatan dengan pihak sekutu untuk mempertahankan status quo di Indonesia. Ia juga melarang adanya rapat di kediaman
Maeda.
Bung Karno, Bung Hatta,
dan Ahmad Subardjo tiba kembali di rumah Maeda sekitar ppukul 02.30. Mereka
menjelaskan kepada Maeda bahwa mereka akan memproklamasikan kemerdekaan
sekarang juga. Maeda tidak campur tangan dan mengundurkan diri ke kamarnya di
lantai atas.
Selesai bertemu dengan
Laksamana Maeda, mereka pindah ke ruangan perumusan naskah. Di meja yang
panjang tersebut Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Subardjo merumuskan naskah
proklamasi untuk kemerdekaan Indonesia. Bung Karno menuliskannya di secarik
kertas. Berikut yang tertulis di kertas itu.
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menjatakan kemerdekaan Indonesia. Hal2 jang mengenai
pemindahan kekoesaan d.l.l., diselenggarakan dengan tjara seksama dan dalam
tempoh jang sesingkat-singkatnja
Djakarta,
17-8-‘05
Wakil2
bangsa Indonesia
Yang unik di dalam
tulisan itu adalah penanggalan yang ditetapkan. Disebutkan di tulisan itu bahwa
tahun yang diberlakukan adalah ’05. Alasannya adalah tahun itu adalah
kependekan dari tahun 2605 yang merupakan penanggalan digunakan saat penjajahan
Jepang.
Setelah rumusan naskah
proklamasi diselesaikan, secarik kertas itu dibawa ke ruang pengetikan yang
akan diketik oleh Sayuti Melik didampingi oleh BM Diah. Ruangan tersebut
terletak di ruang bawah dekat, dapur. BM Diah dan Sayuti Melik merupakan
wartawan yang dipilih Soekarno untuk ikut bagian dalam penulisan naskah
proklamasi. Pada saat pengetikan, Sayuti Melik melakukan perubahan tiga kata;
kata “tempoh” menjadi “tempo”, kata “wakil-wakil Bagsa Indonesia” berubah
menjadi “Atas Nama Bangsa Indonesia”, serta penulisan hari, bulan, dan tahun.
Konsep Naskah Proklamasi
diutarakan kepada hadirin di ruang pengesahan. Soekarno mulai membacakan
rumusan pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat itu secara perlahan-lahan dan
berulang-ulang. Setelah itu beliau bertanya kepada hadirin, setuju. Kemudian
diulang lagi pertanyaan oleh Soekarno. Benar-benar semua saudara setuju?
Jawabannya adalah sama yaitu, "setuju". Ketika sampai saat untuk
menandatangani timbul pertentangan pendapat dan suara gaduh. Menurut Teuku Muhammad
Hassan, ada tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi
yaitu mendatangani semua, membagi kelompok yang hadir dan tiap kelopok satu
orang menandatangani, dan hanya ketua serta wakil ketua saja yang menandatangani. Akhirnya Sukarni maju ke muka dengan suara
lantang mengatakan bahwa cukuplah dua orang saja yang menandatangani atas nama
rakyat Indonesia, yaitu Soekarno dan Hatta. Dipilihnya kedua orang tersebut
dikarenakan mereka merupakan simbol kemerdekaan dan tokoh yang sangat dipandang
oleh rakyat Indonesia. Usul tersebut diterima oleh hadirin dengan tepuk tangan
dan berseri-seri.Hasil ketik dari naskah proklamasi tersebut lalu
ditandantangani oleh Soekarno dan Mohammad Hatta di atas piano disebelah tangga.
Piano tersebut merupakan Grand Piano berwarna
hitam. Berikut hasil akhir naskah proklamasi.
Kami
bangsa Indonesia dengan ini menyatakan kemerdekaan Indonesia. Hal-hal yang
mengenai pemindahan kekuasaan dan lain-lain diselenggarakan dengan cara saksama
dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya.
Djakarta,
17 Agustus 1945
Atas
nama bangsa Indonesia.
Soekarno/Hatta.
Rakyat Indonesia harus
mengetahui bahwa naskah proklamasi kemerdekaan Indonesia telah selesai dibuat.
Namun Ir. Soekarno bersama tokoh lainnya bingung bagaimana cara menyebarkan
teks proklamasi tanpa terjadi bentrok antara rakyat dengan pihak militer
Jepang. Sukarni mengusulkan agar teks proklamasi dibacakan di Lapangan Ikada
agar didengar oleh seluruh rakyat. Namun Soekarno menolak karena disana
terdapat militer Jepang yang mengawasi. Soekarno tidak ingin rakyat menjadi
korban.
Soekano mengusulkan bahwa
naskah proklamasi tersebut sebaiknya dibacakan di rumahnya saja yaitu di Jalan
Pegangsaan Timur No. 56. Berbagai orang
tampak gelisah, khawatir bakal adanya pengacauan dari pihak Jepang. Semua
yang datang diliputi suasana tegang bercita-cita keras supaya Proklamasi segera
diperbuat. Para pemuda yang tak sabar, mulai mendesak Bung Karno untuk segera
membacakan teks Proklamasi. Tetapi, Bung
Karno tak mau membacakan teks Proklamasi tanpa keberadaan Mohammad Hatta. Lima
menit sebelum agenda dimulai, Mohammad Hatta datang dengan pakaian putih-putih serta
langsung menuju kamar Soekarno. Sambil menyambut kedatangan Mohammad Hatta,
Bung Karno bangkit dari tempat tidurnya, lalu berpakaian. Ia juga mengenakan setelan putih-putih. Kemudian
keduanya menuju tempat upacara.
Para tokoh pun termasuk
Hatta menyetujui usul tersebut. Kemudian pada tanggal 17 Agustus 1945 pada
pukul 10.00 WIB. Ir. Soekarno bersama dengan Moh. Hatta membacakan teks
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Acara disambung pidato singkat tanpa teks.
Kemudian bendera Merah Putih yang telah dijahit oleh Ibu Fatmawati, dikibarkan,
disusul dengan sambutan oleh Soewirjo, wakil wali kota Jakarta saat itu, dan
Moeward (Pimpinan Barisan Pelopor).
Pada awalnya Trimurti
diminta untuk menaikkan bendera namun ia menolak dengan alasan pengerekan
bendera sebaiknya dilakukan oleh seorang prajurit. Oleh sebab itu ditunjuklah
Latief Hendraningrat, seorang prajurit PETA, dibantu oleh Soehoed untuk tugas
tersebut. Seorang pemudi muncul dari belakang membawa nampan berisi bendera
Merah Putih (Sang Saka Merah Putih) yang dijahit oleh Fatmawati beberapa hari
sebelumnya. Setelah bendera berkibar, hadirin menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sampai
saat ini, bendera pusaka tersebut masih disimpan di Istana Merdeka.
Kemerdekaan Indonesia
bukanlah pemberian dari Jepang melainkan hasil perjuangan dan kerja keras
bangsa Indonesia. Seluruh rakyat Indonesia bersusah payah untuk mencapai
kemerdekaan. Kita sebagai penerus bangsa Indonesia harus terus melanjutkan
kehidupan Indonesia dengan tetap menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Komentar
Posting Komentar