Novia Faradila - Rekam Sejarah Teks Proklamasi


Museum Perumusan Naskah Proklamasi


Pada hari sabtu, tanggal 24 Februari 2018 saya bersama teman-teman saya pergi ke Museum Perumusan Naskah Proklamasi yang berada di Jakarta Pusat dekat Taman Suropati. Museum Perumusan Naskah Proklamasi tepatnya  berada di Jl. Imam Bonjol no. 1 Jakarta Pusat. Museum ini merupakan tempat kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda pada masa pendudukan Jepang. Awalnya Gedung ini didirikan sekitar tahun 1920-an oleh arsitek Belanda bernama J.F.L. Blankenberg bergaya Eropa dengan luas tanah 3.914 m persegi dan luas bangunan 1.138,10 m persegi. 

Setelah kekalahan Jepang, Gedung ini menjadi Markas Tentara Inggris. Pemindahan status pemilikan Gedung ini, terjadi dalam aksi nasionalisasi terhadap bangunan milik bangsa asing di Indonesia. Gedung ini diserahkan kepada Departemen Keuangan dan pengelolaannya oleh Perusahaan Asuransi Jiwasraya. Pada 1961, Gedung ini dikontrak oleh kedutaan inggris sampai dengan 1981. Tahun 1982 gedung ini sempat digunakan oleh Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Gedung ini menjadi sangat penting bagi bangsa Indonesia, karena pada tanggal 16-17 Agustus 1945 terjadi peristiwa sejarah yang sangat penting yaitu perumusan naskah proklamasi dan sampai menjadi naskah proklamasi yang dibacakan pada tanggal 17 Agustus 1945. Oleh karena itu, pada tahun 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto, menyuruh Direktorat Permuseuman agar menjadikan Gedung bersejarah ini museum Perumusan Naskah Proklamasi.


Di dalam Museum ini terdapat beberapa bagian dari peristiwa seputar kemerdekaan. Ada 4 bagian di dalam museum ini, yaitu ruang pertemuan, ruang perumusan, ruang pengetikan dan ruang pengesahan. Di lantai atas terdapat bagian-bagian lain seputar kemerdekaan Indonesia, seperti penjelasan mengenai Agresi Militer I dan II, perjanjian-perjanian, ada juga biografi pendek mengenai tokoh yang berperan penting, Ir. Soekarno, M. Hatta, Ahmad Soebardjo, Borhanudin Mohamad Diah, Anang Abdul Hamidhan, dan lain-lain. Ada juga beberapa barang replika peninggalan tokoh bersejarah seperti baju, tongkat, tas dan lain-lain. Untuk masuk ke Museum ini hanya mengeluarkan biaya sebesar 2000 rupiah.

Teks proklamasi jadi setelah beberapa proses yang cukup panjang. Salah satu saksi bisu yang nyata dan masih bisa dilihat sampai sekarang adalah rumah Laksamana Muda Tadashi Maeda. Rumah ini berdiri kokoh dari sebelum merdeka sampai sekarang dan salah satu sejarah paling penting terjadi disini yaitu perumusan naskah teks proklamasi. 

Perjuangan bermula dari ketika Jepang menyerah kepada sekutu pada tanggal 15 Agustus 1945, namun hal ini dirahasiakan tetapi tetap saja Sutan Syahrir mendengar berita kekalahan Jepang melalui siaran radio luar negeri dan langsung memberi tahu ke yang lain. Dengan menyerahnya Jepang berarti situasi telah berubah, Jepang tidak lagi memerintah Indonesia tetapi hanya berfungsi sebagai penjaga status quo yakni menjaga situasi dan kondisi seperti pada masa perang dan melarang adanya perubahan-perubahan di Indonesia. Kemerdekaan tidak mungkin bisa didapat dari Jepang. Oleh karena itu pada tanggal 15 Agustus 1945 itu juga para pemuda dipimpin Chaerul Saleh mengadakan rapat di ruang Laboratorium Mikrologi di Pegangsaan Timur untuk membicarakan pelaksanaan proklamasi kemerdekaan tanpa bantuan Jepang. Rapat tersebut menghasikan keputusan untuk mendesak Soekarno dan Hatta untuk mempercepat kemerdekaan Indonesia tanpa pengaruh dari pihak manapun, untuk mengangkat wibawa negara Indonesia yang baru lahir. Kekalahan Jepang menimbulkan keinginan kuat dan keberanian para pemuda untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia secepatnya. Namun, golongan tua memberikan sikap yang kurang responsif terhadap mempercepat tanggal proklamasi.

Golongan tua yang merupakan anggota PPKI menginginkan Kemerdekaan Indonesia harus disesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh pemerintah militer Jepang, yaitu tanggal 24 Agustus 1945. Golongan tua tidak berani melanggar ketentuan tersebut karena khawatir akan ada pertumpahan darah. Para golongan muda dan beberapa kelompok bawah tanah tidak setuju, bahwa golongan tua terlalu lamban dan tunduk pada Jepang. Golongan tua menanggapi bahwa cepat atau lambatnya kemerdekaan Indonesia tidaklah penting, yang penting kemerdekaan itu harus dipersiapkan secara matang. Keputusan Golongan muda tidak dapat diterima oleh Soekarno dan Hatta. Oleh karena itu, golongan muda memutuskan mengamanakan Soekarno dan Hatta keluar dari Jakarta dengan pertimbangan agar sama sekali terlepas dari pengarih Jepang sehingga mereka berani memproklamasikan kemerdekaan seseuai keinginan golongan muda. Perbedaan pendapat tersebut menimbulkan bentrok dan itulah alasan utama dari peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok merujuk ke penculikan Ir. soekarno dan Moh. hatta ke kota kecil Rengasdengklok.

Di Rengasdengklok, dalam pembicaraan pribadi dengan Soekarno, Shodanco Singgih menyimpulkan bahwa Soekarno dan Hatta bersedia memprokalamasikan kemerdekaan Indonesia setelah kembali ke Jakarta. Ia kemudian bergegas menyampaikan kesediaan Soekarno itu kepada kalangan pemuda di Jakarta.

Peristiwa Rengasdengklok inilah yang menjuruskan ke perumusan naskah proklamasi Indonesia. Setelah kesepakatan dicapai pada tentang pelaksanaan proklamasi kemerdekaan, yaitu, pada tanggal 17 agustus 1945. Soekarno dan Hatta dijemput oleh Ahmad Subarjo di Rengasdengklok untuk menuju ke Jakarta. Sooekarno dan Hatta tiba di Jakarta pada tanggal 16 Agustus pukul 23.00 WIB. Mereka berencana akan mengundang anggota PPKI untuk rapat di hotel Des Indies. Namun karena pihak hotel takut dan adanya peraturan  yang melarang rapat setelah pukul 22.00 WIB. Tempat rapatnya akhirnya dipindahkan ke kediaman Laksamana Maeda di Miyokodori yang sekarang menjadi Museum Perumususan Naskah Proklamasi.

Kemudian terjadilah peristiwa bersejerah tersebut. Di bagian paling depan rumah Laksamana Maeda atau ruang pertemuan terjadilah pertemuan antara Soekarno, Hatta dan Ahmad Subarjo dengan Laksamana Muda Tadashi Maeda. Para wakil tersebut meminta izin kepada Maeda untuk mengadakan pertemuan untuk Indonesia Merdeka di rumahnya. Maeda mengizinkan, tetapi sebelum itu mereka harus menemui Gunseikan untuk menemuinya. Lalu berangkatlah mereka untuk menemui Gunseikan, tetapi mereka hanya menemukan Nisyimura yang mengatakan bahwa proklamasi tidak boleh dilakukan. Sekitar pukul 02.30 wib mereka kembali ke kediaman Maeda. Mereka menjelaskan kembali dan akhirnya Maeda menyetujui. Tapi setelah itu Maeda naik ke kamar di atas dan tidak turut mencampuri urusan para wakil bangsa.

Berlanjut ke ruang perumusan atau ruangan yang biasa digunakan Maeda sebagai ruang makan dan tempat rapat. Di ruang ini terdapat meja bundar panjang. Di ruangan ini sekitar pukul 03.00 wib, para wakil bangsa membuat dan merumuskan tentang konsep naskah proklamasi. Konsep yang ditulis dengan tangan dibuat oleh Soekarno, sedangkan Hatta dan Ahmad Subarjo menyumbangkan pikiran secara lisan. Peristiwa ini disaksikan oleh Sukarni, B.M. Diah, dan Sudiro. Konsep teks proklamasi terdiri dari dua kalimat yang berisikan pernyataan kemauan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri dan mengenai pengalihan kekuasaan. Teks naskah proklamasi diketik oleh Sayuti Melik dan dibantu diawasi oleh B.M. Diah. Sebelumnya Soekarno sempat membacakan didepan beberapa orang yang hadir dan mengubah tiga kata. Yaitu, tulisan “tempo” menjadi “tempoh”, tulisan “wakil-wakil bangsa Indonesia” menjadi “atas nama bangsa Indonesia”, dan tulisan”Djakarta, 17-08-‘45” menjadi “Djakarta, hari 17 boelan 8 tahun ‘05”. Penulisan tahun 05 dalam naskah sering disalahartikan sebagai pembulatan tahun ‘45’ Indonesia. Padahal bukan. Saat itu, karena diduduki Jepang, Indonesia menggunakan sistem penanggalan Jepang yang dikenal dengan Penanggalan Tahun Kaisar. Sistem penanggalan ini sama dengan sistem penanggalan masehi, hanya lebih cepat 660 tahun. Angka ini didapat dari tahun Kaisar Jimmu naik tahta (660SM). Jadi 1945 dalam tahun masehi sama dengan 2605 tahun kaisar. Maka jadilah tahun dalam naskah proklamasi tertulis “05”.

Setelah selesai diketik Soekarno dan Hatta membubuhkan tanda tangannya pada teks proklamasi. Pada awalnya tejadi perdebatan mengenai siapa yang akan menandatangani naskah proklamasi. Soekarno mengusulkan untuk teks proklamasi ditandatangani oleh semua yang hadir, seperti Deklarasi Amerika. Beberapa yang hadir di antaranya Otto Iskandar Dinata, Ki Hajar Dewantara,  R.Soepomo, BM Diah, dan Sukarni Kartodiwirjo. Tetapi golongan muda tidak setuju, karena menganggap dipengaruhi musuh. Akhirnya atas usulan Soekarni untuk teks tersebut teks proklamasi ditandatangani oleh Soekarno dan hatta diatas piano Maeda di ruang pengesahan karena menganggap mereka sebagai pemeran utama rakyat Indonesia.

Teks proklamasi yang asli hasil tulisan tangan Soekarno sebenarnya telah dibuang dirumah Laksamana Muda tadashi Maeda oleh Sayuti Melik. Beruntungnya, B.M. Diah menyelamatkan naskah bersejarah ini dari tempat sampah dan menyimpannya selama 46 tahun 9 bulan dan 9 hari, dan pada 29 Mei 1992 baru diserahkan ke Presiden Soeharto di Bina Graha. Hingga akhirnya isi teks tersebut bisa diketahui secara luas.

Selanjutnya di ruangan terakhir yang digunakan yaitu ruang pengesahan. Maeda menggunakan ruangan ini sebagai ruang rapat dan ruang untuk menerima tamu yang banyak. Ruangan ini merupakan tempat disetujui konsep naskah proklamasi oleh seluruh hadirin yang datang, kurang lebih sebanyak 40-50 orang, serta tempat disahkannya naskah proklamasi yang ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta diatas piano. Peristiwa ini berlangsung menjelang Subuh, Jum’at 17 Agustus 1945 bertepatan pada bulan suci Ramadhan. Dan pada pagi harinya sekitar pukul 10.00 WIB diadakan proklamasi Indonesia di kediaman Soekarno.

Oleh karena itulah peristiwa tentang merumuskan teks perumusan proklamasi yang panjang dan penuh arti inilah kita harus mengetahui pada zaman dahulu bahwa teks proklamasi kita dibuat oleh susah payah dengan sepenuh hati dan pikiran.


Komentar

Postingan Populer